Check Our Product!
Join US!
Don't wait for the PERFECT moment, take the moment and make it PERFECT.
-Zoey Sayward



Pada awalnya Handoko memasarkan sendiri tas dengan naik sepeda dari toko ke toko di Bandung, kemudian naik bus dari kota ke kota di Jawa, dan mempekerjakan salesman, mulai 1996 tas Elizabeth dipasarkan dengan membuka cabang dan gerai ritel di banyak mal di sejumlah kota di Indonesia hingga saat ini.
Tahun 1962, perekonomian keluarga mengalami kesulitan. Handoko mencari modal usaha dengan meminjam uang dari teman baiknya. Dia juga mendapat modal tambahan hasil arisan teman-teman ayah Elizabeth (istri).
Modal mereka saat itu hanya satu mesin jahit dan satu sepeda kumbang. Dengan sepeda itulah, Handoko menawarkan tas dari toko ke toko di Jalan Kosambi (Jalan Ahmad Yani) dan Jalan Otista. Mereka menyewa rumah di Jalan Kebon Tangkil, Gardujati.
Sejak kecil, Elizabeth suka menjahit baju. Ia berpikir membuat tas tidak beda jauh dengan menjahit baju. Jadi, ia tidak kesulitan memulai usaha tas.
Handoko dan istri memilih tas perjalanan (travel bag) sebagai tas pertama yang diproduksi. Tahun 1963, pesanan tas sekitar dua lusin sehari dan dikerjakan tiga orang. Akhir tahun 1963, produksi rata-rata enam lusin sehari dengan delapan tenaga kerja.
Tahun 1965, pasangan ini pindah ke rumah miliksendiri di Kalipah Apo. Saat itu, jumlah karyawan 15 orang dan mereka diperlakukan sebagai anak asuh. Setiap anak asuh diberikan satu mesin jahit, bahan baku, dan aksesorinya.
Satu anak asuh rata-rata bisa menghidupkan lima orang karena mereka dibantu istri, anak, saudara. Setelah selesai membuat tas, mereka mendapat upah. Tiga-empat hari kemudian, mereka mengambil lagi bahan mentah. Tas-tas tersebut belum diberi merek.
Akhir tahun 1968, mereka menggunakan merek Elizabeth karena mudah diingat. Merek Elizabeth pun dipatenkan, bukan hanya pada tas bermerek Elizabeth, melainkan juga pada nama toko yang beroperasi tahun 1974.
Salah satu rahasia sukses tas Elizabeth adalah penggunaan bahan tas yang tidak ada di pasaran Indonesia sehingga perusahaan lain sulit meniru.
Sejak tahun 1972, Handoko dan Elizabeth ke Hongkong dan Singapura untuk mengikuti tren tas terkini. Kini, aktivitas ini dilanjutkan putri mereka, Lisa Subali.
Tahun 1972, keluarga Handoko pindah ke Jalan Otista. Produksi di Otista sebanyak 60 lusin per hari dikerjakan sekitar 100 anak asuh.
Tahun 1985, Handoko dan Elizabeth membeli tanah di Leuwigajah di kawasan industri Cimahi-Cimindi. Dua tahun kemudian, pabrik beroperasi. Mereka ingin memiliki satu tempat di mana semuanya dikerjakan dengan pengawasan yang baik. Jumlah karyawan saat itu 150 orang. Sistem anak asuh bertahap dikurangi.
Sejak tahun 1980-an, banyak pembeli, termasuk duta besar dan diplomat, datang ke Bandung. Salah satunya mengunjungi ruang pamer toko tas Elizabeth di Jalan Otista. Harga tas ditawar dengan harga grosir.
Untuk memperluas pemasaran, tahun 1982 mereka membangun gerai berlantai tiga di Jalan Otista. Dan tahun 1997, mereka membangun ruang pamer berlantai lima di Jalan Inggit Ganarsih.
Tak pinjam bank
Tahun 1998, saat krisis ekonomi, usaha tas Elizabeth tidak terkena dampak serius. Mengapa? Saat merintis usaha, mereka tidak meminjam uang ke bank, apalagi dalam bentuk dollar AS. ”Punya uang berapa, itu yang dipakai berdagang,” kata Elizabeth.
Tak meminjam uang bank karena sesungguhnya Handoko tak berambisi besar. Mereka berdagang tidak melebihi jumlah uang yang dimiliki. Handoko tidak punya utang ke bank. Mereka hanya punya utang dagang ke pemasok yang dibayar sebulan sampai dua bulan sekali. Karena tertib membayar, Handoko dan Elizabeth selalu menjadi pengusaha pertama yang ditawari bahan baku yang bagus.
Elizabeth Halim mengungkapkan, salah satu kunci sukses usaha tas Elizabeth adalah tepat waktu bayar. Hal itu dilakukan mereka sejak tahun 1963.
Kunci sukses lain adalah sejak awal Elizabeth memproduksi tas dengan harga terjangkau. Karena itu, ia tidak mau menggunakan kulit asli, tetapi menggunakan kulit imitasi. Meski imitasi, tas ini tetap mempertahankan kualitas dan selalu mengikuti tren terkini.
Keluarga Subali tidak hanya fokus pada produksi tas perempuan, tetapi juga tas kosmetik, tas perjalanan, tas kerja, dompet, dan ransel.
Harga tas Elizabeth saat ini berkisar Rp 150.000 dan Rp 300.000. Lebih dari 60 persen produk adalah tas perempuan multifungsi, bisa digunakan ke kantor sekaligus untuk jalan-jalan. Tas Elizabeth juga membuat produk terbatas, eksklusif, unik, dan trendi.
Lisa tidak khawatir apabila desain tas dicontek. ”Desain itu universal. Dipatenkan pun tidak bisa,” katanya.
Bagaimana jika tenaga kerja dibajak? ”Sudah banyak tenaga kerja Elizabeth dibajak, tetapi kami tidak pernah khawatir. Malah kami bangga dapat mencetak banyak bibit dan senang mereka, yang pernah bekerja di tas Elizabeth, maju,” kata Lisa. Saat ini, jumlah karyawan di pabrik 800 orang.
Bagaimana sampai bisa bertahan hingga setengah abad? ”Yang harus selalu dipertahankan adalah semangat untuk terus berkarya dan berusaha,” kata Handoko.
Elizabeth Halim berkeyakinan, ”Tak ada yang tidak bisa dikerjakan.” Pedoman inilah yang membuat tas Elizabeth terus berkembang.
Handoko mengakui sudah puas dengan apa yang dicapai perusahaan yang didirikannya 50 tahun silam. Ia menyerahkannya kepada anak-anak dan cucu-cucu untuk mengembangkan usaha. Yang penting mereka sudah dibekali pendidikan maksimal. ”Empat anak yang meneruskan usaha selalu kompak. Perusahaan akan tetap besar bila mereka tetap bersatu, akur satu dengan yang lain,” kata Handoko.
Apa kegiatan Handoko yang tetap sehat dan bugar di usia senja? ”Saya menikmati masa tua. Pagi-pagi saya joging berkeliling Lapangan Tegallega lima kali. ”Aktivitas sehari-hari, membaca koran, tetap latihan menulis huruf kanji, dan masih suka membuat sajak filosofi,” kata Handoko.
Handoko pernah menjabat Presiden Komunitas Marga Lie sedunia, juga sewilayah Kota Bandung, dan Chairman Yayasan Sosial Dana Priangan selama tiga periode. Handoko pernah meraih penghargaan Upakarti tahun 1998 sebagai Bapak Peduli Industri Kecil.
Elizabeth Halim pernah terpilih sebagai salah satu Kartini Indonesia tahun 1995 bersama 20 perempuan Indonesia lainnya. Tak meminjam uang bank karena sesungguhnya Handoko tak berambisi besar. Mereka berdagang tidak melebihi jumlah uang yang dimiliki. Handoko tidak punya utang ke bank.


bisnis dan waralaba tentunya menjadi pembahasan yang menarik, sebab bagaimana pun bisnis dan waralaba memang satu kesatuan yang tak terpisahkan. Berdasarkan ilmu perekonomian sendiri bisnis adalah sebuah organisasi di mana tujuannya yaitu untuk mencari laba melalui penjualan barang dan penawaran jasa pada konsumen maupun kegiatan berbisnis yang lainnya. Untuk mengetahui bagaimana persamaan antara waralaba dan bisnis, kita harus memahami pengertian antara keduanya seperti di bawah ini!
Pengertian Bisnis
Berdasarkan histori, bisnis sendiri berasal dari kata yang diadopsi melalui bahasa Inggris yakni Business. Kata dasar dari Business sendiri dari Busy yang artinya sibuk berdasarkan konteks masyarakat, komunitas maupun individu yang tengah disibukkan dalam mengerjakan sebuah aktivitas untuk memperoleh keuntungan. Berdasarkan etimologi sendiri, bisnis artinya suatu keadaan ketika sekelompok atau seseorang tengah sibuk mengerjakan sesuatu yang bisa mendatangkan keuntungan. Adapun kata “bisnis” itu sendiri mempunyai 3 penggunaan berdasarkan skupnya. Contohnya penggunaan singular dari kata bisnis sediri merujuk kepada sebuah badan usaha, yakni merupakan satu kesatuan hukum, ekonomis dan teknis bertujuan untuk mendapatkan laba.
Adapun pemakaian lebih luas sendiri bisa merujuk dalam sektor pasar, seperti contohnya bisnis pertanian. Sementara penggunaan paling luas sendiri lebih merujuk dalam seluruh aktivitas di mana dilakukan sekelompok orang atau komunitas yang menyediakan barang dan juga jasa.
Pengertian Waralaba
Pengertian dari waralaba yaitu hak khusus dimiliki setiap orang maupun badan usaha mengenai sistem yang memiliki karakter usaha untuk memasarkan atau menjual barang dan jasa yang hasilnya sudah terbukti serta bisa dimanfaatkan maupun digunakan pihak lainnya sesuai perjanjian waralaba. Adapun pengertian lain dari waralaba adalah ikatan komersial dan hukum dibuat antara kelompok atau individu selaku pelaku bisnis yang hendak memakai nama dagang atau merek dagang menjadi nama dagang, merek dagang, atau franchisor sebagai pemilik perusahaan. Adapun pengaturan dari cara berbisnis pada kedua pihak sendiri diatur waralaba.
Berdasarkan garis besar sendiri waralaba bisa didefinisikan sebagai pengaturan usaha franchisor atau pemilik usaha dengan menjual atau memberikan hak pada pihak franchisee atau penerima waralaba demi menjual produk jasa atau merek dagang berdasarkan tata cara, prosedur, maupun aturan sesuai kesepakatan. Dalam hal ini bisnis waralaba merupakan kerja sama bisnis yang terjadi antara pelaku usaha dengan pemilik usaha dengan cara sistem bagi hasil bisnis sesuai kesepakatan. Berdasarkan istilah sendiri, waralaba terdiri dari kata wara dan laba di mana wara berarti lebih, sementara laba berarti untung. Bisa disimpulkan pengertian dari waralaba itu sendiri yaitu mengacu ke dalam sebuah keuntungan berlebih. Jadi bisnis dan waralaba sendiri merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Persamaan Bisnis dan Waralaba
Bisnis atau usaha memiliki pengertian yang sama di mana mencakup segala aktivitas yang telah diorganisir seseorang ataupun badan usaha yang tak berurusan di bidang perniagaan dan industri yang tengah menyediakan barang maupun jasa supaya terpenuhinya kebutuhan untuk memperbaiki kualitas hidup. Adapun persamaan dari bisnis dan waralaba bisa kita simpulkan, di mana waralaba dan bisnis sama-sama bertujuan untuk mendapatkan laba.